Diterjemahkan Oleh: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc
Kata Pengantar Syaikh Abdulloh bin Abdurrahman Al Jibrin
Segala puji hanya bagi Alloh, aku memuji, memohon pertolongan dan petunjuk hanya kepadanya. Juga aku memohon kepada-Nya taufik untuk mendapatkan ilmu yang benar. Semoga salam dilimpahkan kepada Nabi termulia Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Wa Ba’du:
Ini adalah sebuah risalah yang telah aku sampaikan pada salah satu masjid, kemudian direkam oleh sebagian pelajar dan ditranskrip. Aku ingin menyebarkannya agar manfaatnya merata dan supaya pembaca mengetahui apa yang dimiliki oleh para salaf (pendahulu) umat ini berupa iman yang kuat, kemantapan akidah, istiqomah di atas kebenaran, berpegang teguh dengan sunnah dan dalil, mempraktekkan syariat. Dan agar pembaca tahu hasil dari semua itu yang merupakan salah pengaruh positifnya berupa pengorbanan dalam rangka memenangkan al haq dengan jiwa dan harta, peperangan dalam mempertahankan keyakinan terhadap agama ini, meskipun keluarga mereka terkena bahaya kala itu. Orang yang seperti ini, dia akan mendapatkan akhir yang terpuji, sebagaimana para salaf ini, semoga Alloh mencurahkan rahmat-Nya kepada mereka dan menjadikan kita termasuk di antara orang yang mengikuti mereka. Wa shallohu ‘ala Muhammad wa aalihi wa sallam.
Abdulloh bin Abdurrahman Al Jibrin
10/1/1413
Muqaddimah
Segala puji bagi Alloh semoga sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rosululloh, keluarga dan para sahabatnya serta orang yang berloyalitas kepadanya. Amma Ba’du:[*]
[*] Asal risalah ini adalah ceramah Syaikh Abdulloh bin Abdurrahman Al Jibrin, kemudian ditranskrip dalam tulisan kertas lalu aku perbaiki dan hapus lafadz yang berulang-ulang dan menambah tambahan yang sesuai dengan susunan kalimatnya. Kemudian aku bacakan kepada Syaikh Jibrin lalu beliau menshohihkannya dan mengizinkan untuk dicetak dan disebarkan, agar bermanfaat untuk semua. Semoga Alloh menjadikannya dalam timbangan amalan beliau dan memberikan pahala dan balasan bagi semua yang terlibat dalam mencetaknya, sesungguhnya Alloh Maha Mendengar lagi Maha Penerima do’a.
Cinta sejati ialah cinta karena Alloh subhanahu wa ta’ala. Kita memohon kepada Alloh cinta-Nya dan cinta orang yang mencintai-Nya. Sebagaimana kita memohon kepada Alloh agar menjadikan kita termasuk orang-orang yang mencintai Nabi-Nya yang jujur, para sahabatnya yang baik, yang ucapan mereka dijadikan sebagai hujjah, karena ilmu mereka terhadap agama ini. Perkataan mereka tidak akan terucap kecuali kepastian, dan tidak berbuat kecuali karena dalil dan mereka tidak akan meriwayatkan hadits kecuali setelah tatsabbut (mengadakan pengecekan). Oleh karena itu Alloh menerangkan keutamaan. Alloh berfirman :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia” (QS Ali Imran: 110)
Dan sunnah juga menerangkan keutamaan mereka, sebagaimana dalam sabda Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ خَيْرَكُمْ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم قَالَ عِمْرَانُ فَلاَ أَدْرِيْ أَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ بَعْدَ قَرْنِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةً ثُمَّ يَكُوْنُ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُوْنَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُوْنَ و يَخُوْنُوْنَ وَلاَ يُئْتَمَنُوْنَ وَيَنْذُرُوْنَ وَلاَ يُوْفُوْنَ وَ يَظْهَرُ فِيْهِمْ السَّمْنُ
Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya –Imran mengatakan, “Aku tidak tahu, apakah beliau mengatakannya dua atau tiga kali setelah generasi beliau. Kemudian setelah itu akan ada suatu kaum yang memberikan persaksian padahal mereka tidak diminta memberikan persaksian, mereka berkhianat sehingga tidak bisa dipercaya, mereka bernazar tapi tidak dipenuhi dan muncul pada mereka obesitas (kegemukan). (HR Al Bukhori 2651 dan Muslim 2535)
Dalam risalah singkat ini kita akan mengetahui siapa salaf itu, ilmu dan amalan mereka. Mereka adalah suri teladan. Semoga Alloh memberikan taufik kepada kami untuk menggambarkan langkah-langkah mereka, dan mengikuti petunjuk mereka. Wa sholallahu ‘ala Nabiyina Muhammad wa aalihi wa sallama tasliman katsiran.
Pengertian Salaf dan Keutamaannya
Para ulama mengartikan kata salaf untuk kaum muslimin yang ada pada qurun mufadhalah (generasi-generasi unggulan), bermakna kaum muslimin yang ada pada tiga generasi pertama islam yang mereka namakan salaf. Sementara orang-orang setelahnya disebut dengan generasi khalaf, jika mereka masih muslim.
Kata Khalaf, kurang bila dibandingkan dengan salaf, terkadang khalaf itu jelek. Sebagaimana diterangkan dalam Al Quran dalam firman-Nya:
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّاً
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan. (QS Maryam: 59)
Generasi salaf adalah generasi sahabat Rasulullah, generasi tabi’in (generasi setelah generasi sahabat), generasi tabi’ut tabi’in (generasi setelah generasi tabi’in) dan pengikut generasi tabi’ut tabi’in.
Para sahabat yaitu orang-orang yang melihat nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, dalam keadaan beriman kepada beliau, dan wafat dalam keadaan iman, baik laki atau wanita. Mereka telah mencapai puncak kemuliaan. Hal itu karena mereka mendahului yang lainnya, mereka menemani Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, mengambil ilmu dari beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mendengar langsung sabda beliau. Tidak diragukan lagi bahwa ini satu keistimewaan.
Generasi tabi’in adalah mereka yang pernah melihat salah seorang sahabat dan menyadari penglihatannya, meskipun yang ditemuinya seorang sahabat yang masih kecil. Orang seperti ini diberi istilah tabi’i karena dia pengikut generasi sebelumnya. Generasi tabi’in berlanjut lalu sebagian di antara mereka ada yang berumur panjang yaitu sampai penghujung abad kedua, namun mereka ini bertingkat-tingkat. Di antara para pembesar generasi tabi’in dari penduduk Madinah yaitu Fuqaha’ Al Sab’ah (para ahli fikih Madinah yang tujuh) yang sempat bertemu dengan para shahabat seperti Sa’id bin Musayyib, Ubaidullah bin Ubaidillah bin Utbah bin Mas’ud, Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr, dan anak-anak sahabat lainnya yang mengambil ilmu dari pembesar para sahabat, sempat mendapati Khulafa’ur Rasyidin atau sebagiannya. Ashagir tabi’ien (tabi’in kecil) yaitu yang melihat sebagian kecil dari para sahabat. Mereka menyebutkan bahwa Al A’masy sempat mendapati Anas bin Malik, sehingga ditetapkan bahwa dia melihat Anas, sehingga Al A’masy dikategorikan generasi tabi’in kecil.
Sedangkan generasi tabi’ut tabi’in yaitu orang-orang yang sempat melihat tabi’in, meskipun tabi’in generasi akhir dan orang yang diriwayatkan (gurunya) pernah melihat salah seorang sahabat, atau sempat mendapati salah seorang di antara mereka meskipun generasi akhir. Dan diceritakan bahwa generasi sahabat tidak tersisa satu pun bersamaan dengan berakhirnya abad pertama. diriwayatkan bahwa sahabat yang paling terakhir wafat adalah Anas bin Malik yang wafat tahun sembilan puluh tiga hijriah, akan tetapi ada juga yang menceritakan bahwa ada di antara para sahabat yang sampai usia seratus seperti Thufail. Di antara generasi tabi’ut tabi’in ini adalah para imam seperti Malik bin Anas, Abu Abdirrahman bin Al Auza’i dan orang yang sezaman dengan mereka. Mereka ini termasuk akabir tabi’in (pembesar tabi’in), di antara mereka ada yang menjadi ulama dan para pengemban ilmu. Generasi tabi’ tabi’in masih ada sampai menjelang abad ketiga atau pertengahan abad ketiga.
Sedangkan atba’ tabi’ tabi’in (generasi setelah tabi’ tabi’in), di antaranya adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan yang lainnya. Mereka ini termasuk akabir atba’ tabi’ tabi’in. Singkat kata bahwa kaum muslimin yang ada qurun mufaddhalah disebut salaf.
Mereka disebut salaf karena mereka telah berlalu. Salaf artinya orang sudah lewat. Salaf dari sesuatu maksudnya sesuatu yang sudah lewat masanya. Mereka telah berlalu zamannya, namun mereka berlalu di atas istiqomah, di atas aqidah yang benar. Tidak di antara mereka yang menyimpang, ahli bid’ah; Mereka ini adalah pengawal ilmu, di antara mereka ada yang menjadi ahli bid’ah baik laki atau wanita. Secara umum, mereka semua adalah qudwah (suri tauladan).
Faktor Keutamaan Salaf
Kenapa para salaf dilebihkan diatas generasi setelahnya? Syara’ telah menjelaskan keutamaan mereka, begitu juga sunnah telah menjelaskan keutamaan mereka. Imam Ahmad menyebutkan dalam risalahnya As Shalat bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda :
أَنْتُمْ خَيْرٌ مِنْ أَبْنَائِكُمْ وَ أَبْنَاؤُكُمْ خَيْرٌ مِنْ أَبْنَائِهِمْ وَ أَبْنَاؤَ أَبْنَائِكُمْ خَيْرٌ مِنْ أَبْنَائِهِم
Kalian lebih baik dari anak-anak kalian, anak-anak kalian lebih dari anak-anak mereka dan cucu-cucu kalian lebih baik daripada anak-anak mereka. (HR Al Bazaar 2774 dari hadits Anas dan lihat Thobaqaat Al Hanabilah 1/270-271)
Maksudnya bahwa kebaikan (keunggulan) itu untuk yang pertama-tama. Tidak diragukan lagi bahwa generasi pertama telah mencapai puncak kemuliaan yaitu menemani Rasulullah, sehingga mereka lebih baik dari generasi setelahnya.
Oleh karena itu, para ulama ahli hadits sepakat menyatakan para sahabat itu ‘udul (adil) yang diterima riwayatnya, tidak ada di antara mereka yang dinukil bahwa dalam riwayatnya ada kelemahan, dusta atau yang ditolak. Namun riwayat mereka diterima, dan disepakati bahwa semua mereka ‘udul (adil). Ini salah satu dari keistimewaan mereka. Dan terdapat dalam hadits shahih, sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ خَيْرَكُمْ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم قَالَ عِمْرَانُ فَلاَ أَدْرِيْ أَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ بَعْدَ قَرْنِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةً ثُمَّ يَكُوْنُ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُوْنَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُوْنَ و يَخُوْنُوْنَ وَلاَ يُئْتَمَنُوْنَ وَيَنْذُرُوْنَ وَلاَ يُوْفُوْنَ وَ يَظْهَرُ فِيْهِمْ السَّمْنُ
“Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya – Imran mengatakan, “Aku tidak tahu, apakah beliau mengatakannya dua atau tiga kali setelah generasi beliau. Kemudian setelah itu akan ada suatu kaum yang memberikan persaksian padahal mereka tidak diminta memberikan persaksian, mereka berkhiat sehingga tidak bisa dipercaya, mereka bernadzar tapi tidak dipenuhi dan muncul pada mereka obesitas (kegemukan)…” (takhrijnya sudah lewat). Dalam hadits ini juga terdapat bukti keunggulan mereka.
Urutan Keutamaan Salaf
Urutan keutamaan mereka sebagaimana urutan keberadaan mereka. Yang paling utama adalah generasi pertama yang berakhir masanya dengan tahun seratus, kemudian diikuti oleh generasi kedua yang berakhir dengan tahun dua ratus (hijriah), kemudian diikuti oleh generasi ketiga yang berakhir dengan tahun tiga ratus.
Ini kalau kita menganggap satu generasi itu sama dengan seratus tahun. Di antara para ulama ada berpendapat bahwa satu generasi yaitu sekelompok orang yang saling bertemu pada satu masa, usia-usia mereka berdekatan, kemudian mereka wafat. Yang paling akhir wafat berarti dialah akhir dari generasi tersebut. Tidak disangsikan lagi bahwa mereka yang ada pada zaman itu, atau abad-abad itu memiliki keutamaan, kemuliaan, aqidah yang selamat. Sehingga mereka menjadi yang terbaik.
Begitu juga, bid’ah belum muncul. Jika ada perbuatan bid’ah yang muncul, maka akan segera dihancurkan dan pelakunya akan terhina. Sehingga dengan ini mereka menjadi yang lebih baik dari yang lain. Oleh karena itu mereka menjadi panutan, ucapan-ucapan mereka dijadikan sebagai hujjah (argumentasi), terutama perkataan ulama-ulama mereka dan ahli ibadah di antara mereka yang mengerti tentang agama Alloh ini, yang beribadah kepada Alloh dengan landasan cahaya dan dalil. Ucapan mereka dijadikan dalil, karena kita berprasangka baik kepada mereka. Mereka tidak akan melakukan satu amal kecuali berlandaskan dalil, tidak akan mengatakan sesuatu atau meriwayatkan sesuatu kecuali setelah ricek (cek ulang).
Oleh karena itu mursal shahabat bisa diterima, menurut kesepakatan para ulama. Sedangkan mursal kibar tabi’in masih diperselisihkan, namun pendapat yang terkuat (menyatakan) bisa diterima jika ada bukti keabsahannya, meskipun sanadnya tidak bersambung.
Begitu juga dengan perkataan mereka yang mereka jadikan hujjah atau pendapat mereka; semua ini bisa dijadikan dalil. Dikatakan, “Perkataan ini pernah diucapkan oleh Fulan seorang sahabat, atau seorang tabi’in atau perkataan ini pernah dikatakan oleh orang sebelum kita yaitu Fulan dari generasi tabi’in dan mereka adalah para ulama besar yang tidak akan mengucapkan sesuatu kecuali bersumber dari keyakinan”.
Hakikat Ilmu Salaf
Yang dimaksud dengan ilmu yaitu ilmu yang benar, ilmu yang diwarisi dari para Rasulullah, warisan para nabi Alloh. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi dan para nabi itu tidaklah mewariskan dinar dan dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya berarti dia telah mengambil warisan yang banyak” (Diriwayatkan oleh Abu Daud no. 3641, Tirmidzi 2682, Ibnu majah no. 223 dari hadits Abu Darda’)
Ilmunya para salaf diambil langsung dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat yang kecil mengambil ilmu dari sahabat yang sudah dewasa, yang dewasa dari sahabat sebelumnya mereka, sampai kemudian mereka menyambungnya ke sumbernya yang murni yaitu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Alloh telah memperbanyak ulama dari mereka dan orang-orang setelah mereka, untuk menjaga ilmu yang benar ini, membersihkannya dan menjaganya dari kedustaan-kedustaan yang masuk kepada ilmu ini. Karenanya mereka meletakkan sanad yang bisa didapatkan dalam kitab-kitab hadits, sehingga sebuah perkataan tidak akan diterima kecuali setelah mengecek keabsahannya.
Para ulama menyebutkan bahwa para salaf tidak pernah bertanya kepada para sahabat tentang sanad (jalur periwayatan), akan tetapi (manakala) mereka melihat sikap terlalu gampang meriwayatkan sesuatu yang belum dicek keabsahannya, maka mereka mengatakan, “Sebutlah rijal (orang-orang) kalian! (sehingga mereka bisa mengetahui dari mana dia mendapatkan suatu riwayat). Jika mereka menyebutkan orang yang terpercaya, mereka akan tahu bahwa hadits atau atsar tersebut bisa diterima. Sedangkan jika menyebutkan orang yang lemah, bukan ahli hadits, maka mereka tahu bahwa hadits tersebut tidak sah. Inilah yang menjadi penyebab penyebutan sanad (jalur periwayatan). Ini adalah bukti antusiasme para salaf dalam menjaga sunnah dan membentenginya dari semua yang hendak memasukinya.
Abdulloh bin Abdurrahman Al Jibrin
10/1/1413
Muqaddimah
Segala puji bagi Alloh semoga sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rosululloh, keluarga dan para sahabatnya serta orang yang berloyalitas kepadanya. Amma Ba’du:[*]
[*] Asal risalah ini adalah ceramah Syaikh Abdulloh bin Abdurrahman Al Jibrin, kemudian ditranskrip dalam tulisan kertas lalu aku perbaiki dan hapus lafadz yang berulang-ulang dan menambah tambahan yang sesuai dengan susunan kalimatnya. Kemudian aku bacakan kepada Syaikh Jibrin lalu beliau menshohihkannya dan mengizinkan untuk dicetak dan disebarkan, agar bermanfaat untuk semua. Semoga Alloh menjadikannya dalam timbangan amalan beliau dan memberikan pahala dan balasan bagi semua yang terlibat dalam mencetaknya, sesungguhnya Alloh Maha Mendengar lagi Maha Penerima do’a.
Cinta sejati ialah cinta karena Alloh subhanahu wa ta’ala. Kita memohon kepada Alloh cinta-Nya dan cinta orang yang mencintai-Nya. Sebagaimana kita memohon kepada Alloh agar menjadikan kita termasuk orang-orang yang mencintai Nabi-Nya yang jujur, para sahabatnya yang baik, yang ucapan mereka dijadikan sebagai hujjah, karena ilmu mereka terhadap agama ini. Perkataan mereka tidak akan terucap kecuali kepastian, dan tidak berbuat kecuali karena dalil dan mereka tidak akan meriwayatkan hadits kecuali setelah tatsabbut (mengadakan pengecekan). Oleh karena itu Alloh menerangkan keutamaan. Alloh berfirman :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia” (QS Ali Imran: 110)
Dan sunnah juga menerangkan keutamaan mereka, sebagaimana dalam sabda Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ خَيْرَكُمْ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم قَالَ عِمْرَانُ فَلاَ أَدْرِيْ أَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ بَعْدَ قَرْنِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةً ثُمَّ يَكُوْنُ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُوْنَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُوْنَ و يَخُوْنُوْنَ وَلاَ يُئْتَمَنُوْنَ وَيَنْذُرُوْنَ وَلاَ يُوْفُوْنَ وَ يَظْهَرُ فِيْهِمْ السَّمْنُ
Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya –Imran mengatakan, “Aku tidak tahu, apakah beliau mengatakannya dua atau tiga kali setelah generasi beliau. Kemudian setelah itu akan ada suatu kaum yang memberikan persaksian padahal mereka tidak diminta memberikan persaksian, mereka berkhianat sehingga tidak bisa dipercaya, mereka bernazar tapi tidak dipenuhi dan muncul pada mereka obesitas (kegemukan). (HR Al Bukhori 2651 dan Muslim 2535)
Dalam risalah singkat ini kita akan mengetahui siapa salaf itu, ilmu dan amalan mereka. Mereka adalah suri teladan. Semoga Alloh memberikan taufik kepada kami untuk menggambarkan langkah-langkah mereka, dan mengikuti petunjuk mereka. Wa sholallahu ‘ala Nabiyina Muhammad wa aalihi wa sallama tasliman katsiran.
Pengertian Salaf dan Keutamaannya
Para ulama mengartikan kata salaf untuk kaum muslimin yang ada pada qurun mufadhalah (generasi-generasi unggulan), bermakna kaum muslimin yang ada pada tiga generasi pertama islam yang mereka namakan salaf. Sementara orang-orang setelahnya disebut dengan generasi khalaf, jika mereka masih muslim.
Kata Khalaf, kurang bila dibandingkan dengan salaf, terkadang khalaf itu jelek. Sebagaimana diterangkan dalam Al Quran dalam firman-Nya:
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّاً
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan. (QS Maryam: 59)
Generasi salaf adalah generasi sahabat Rasulullah, generasi tabi’in (generasi setelah generasi sahabat), generasi tabi’ut tabi’in (generasi setelah generasi tabi’in) dan pengikut generasi tabi’ut tabi’in.
Para sahabat yaitu orang-orang yang melihat nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, dalam keadaan beriman kepada beliau, dan wafat dalam keadaan iman, baik laki atau wanita. Mereka telah mencapai puncak kemuliaan. Hal itu karena mereka mendahului yang lainnya, mereka menemani Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, mengambil ilmu dari beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mendengar langsung sabda beliau. Tidak diragukan lagi bahwa ini satu keistimewaan.
Generasi tabi’in adalah mereka yang pernah melihat salah seorang sahabat dan menyadari penglihatannya, meskipun yang ditemuinya seorang sahabat yang masih kecil. Orang seperti ini diberi istilah tabi’i karena dia pengikut generasi sebelumnya. Generasi tabi’in berlanjut lalu sebagian di antara mereka ada yang berumur panjang yaitu sampai penghujung abad kedua, namun mereka ini bertingkat-tingkat. Di antara para pembesar generasi tabi’in dari penduduk Madinah yaitu Fuqaha’ Al Sab’ah (para ahli fikih Madinah yang tujuh) yang sempat bertemu dengan para shahabat seperti Sa’id bin Musayyib, Ubaidullah bin Ubaidillah bin Utbah bin Mas’ud, Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr, dan anak-anak sahabat lainnya yang mengambil ilmu dari pembesar para sahabat, sempat mendapati Khulafa’ur Rasyidin atau sebagiannya. Ashagir tabi’ien (tabi’in kecil) yaitu yang melihat sebagian kecil dari para sahabat. Mereka menyebutkan bahwa Al A’masy sempat mendapati Anas bin Malik, sehingga ditetapkan bahwa dia melihat Anas, sehingga Al A’masy dikategorikan generasi tabi’in kecil.
Sedangkan generasi tabi’ut tabi’in yaitu orang-orang yang sempat melihat tabi’in, meskipun tabi’in generasi akhir dan orang yang diriwayatkan (gurunya) pernah melihat salah seorang sahabat, atau sempat mendapati salah seorang di antara mereka meskipun generasi akhir. Dan diceritakan bahwa generasi sahabat tidak tersisa satu pun bersamaan dengan berakhirnya abad pertama. diriwayatkan bahwa sahabat yang paling terakhir wafat adalah Anas bin Malik yang wafat tahun sembilan puluh tiga hijriah, akan tetapi ada juga yang menceritakan bahwa ada di antara para sahabat yang sampai usia seratus seperti Thufail. Di antara generasi tabi’ut tabi’in ini adalah para imam seperti Malik bin Anas, Abu Abdirrahman bin Al Auza’i dan orang yang sezaman dengan mereka. Mereka ini termasuk akabir tabi’in (pembesar tabi’in), di antara mereka ada yang menjadi ulama dan para pengemban ilmu. Generasi tabi’ tabi’in masih ada sampai menjelang abad ketiga atau pertengahan abad ketiga.
Sedangkan atba’ tabi’ tabi’in (generasi setelah tabi’ tabi’in), di antaranya adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan yang lainnya. Mereka ini termasuk akabir atba’ tabi’ tabi’in. Singkat kata bahwa kaum muslimin yang ada qurun mufaddhalah disebut salaf.
Mereka disebut salaf karena mereka telah berlalu. Salaf artinya orang sudah lewat. Salaf dari sesuatu maksudnya sesuatu yang sudah lewat masanya. Mereka telah berlalu zamannya, namun mereka berlalu di atas istiqomah, di atas aqidah yang benar. Tidak di antara mereka yang menyimpang, ahli bid’ah; Mereka ini adalah pengawal ilmu, di antara mereka ada yang menjadi ahli bid’ah baik laki atau wanita. Secara umum, mereka semua adalah qudwah (suri tauladan).
Faktor Keutamaan Salaf
Kenapa para salaf dilebihkan diatas generasi setelahnya? Syara’ telah menjelaskan keutamaan mereka, begitu juga sunnah telah menjelaskan keutamaan mereka. Imam Ahmad menyebutkan dalam risalahnya As Shalat bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda :
أَنْتُمْ خَيْرٌ مِنْ أَبْنَائِكُمْ وَ أَبْنَاؤُكُمْ خَيْرٌ مِنْ أَبْنَائِهِمْ وَ أَبْنَاؤَ أَبْنَائِكُمْ خَيْرٌ مِنْ أَبْنَائِهِم
Kalian lebih baik dari anak-anak kalian, anak-anak kalian lebih dari anak-anak mereka dan cucu-cucu kalian lebih baik daripada anak-anak mereka. (HR Al Bazaar 2774 dari hadits Anas dan lihat Thobaqaat Al Hanabilah 1/270-271)
Maksudnya bahwa kebaikan (keunggulan) itu untuk yang pertama-tama. Tidak diragukan lagi bahwa generasi pertama telah mencapai puncak kemuliaan yaitu menemani Rasulullah, sehingga mereka lebih baik dari generasi setelahnya.
Oleh karena itu, para ulama ahli hadits sepakat menyatakan para sahabat itu ‘udul (adil) yang diterima riwayatnya, tidak ada di antara mereka yang dinukil bahwa dalam riwayatnya ada kelemahan, dusta atau yang ditolak. Namun riwayat mereka diterima, dan disepakati bahwa semua mereka ‘udul (adil). Ini salah satu dari keistimewaan mereka. Dan terdapat dalam hadits shahih, sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ خَيْرَكُمْ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُم قَالَ عِمْرَانُ فَلاَ أَدْرِيْ أَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ بَعْدَ قَرْنِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةً ثُمَّ يَكُوْنُ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُوْنَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُوْنَ و يَخُوْنُوْنَ وَلاَ يُئْتَمَنُوْنَ وَيَنْذُرُوْنَ وَلاَ يُوْفُوْنَ وَ يَظْهَرُ فِيْهِمْ السَّمْنُ
“Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya – Imran mengatakan, “Aku tidak tahu, apakah beliau mengatakannya dua atau tiga kali setelah generasi beliau. Kemudian setelah itu akan ada suatu kaum yang memberikan persaksian padahal mereka tidak diminta memberikan persaksian, mereka berkhiat sehingga tidak bisa dipercaya, mereka bernadzar tapi tidak dipenuhi dan muncul pada mereka obesitas (kegemukan)…” (takhrijnya sudah lewat). Dalam hadits ini juga terdapat bukti keunggulan mereka.
Urutan Keutamaan Salaf
Urutan keutamaan mereka sebagaimana urutan keberadaan mereka. Yang paling utama adalah generasi pertama yang berakhir masanya dengan tahun seratus, kemudian diikuti oleh generasi kedua yang berakhir dengan tahun dua ratus (hijriah), kemudian diikuti oleh generasi ketiga yang berakhir dengan tahun tiga ratus.
Ini kalau kita menganggap satu generasi itu sama dengan seratus tahun. Di antara para ulama ada berpendapat bahwa satu generasi yaitu sekelompok orang yang saling bertemu pada satu masa, usia-usia mereka berdekatan, kemudian mereka wafat. Yang paling akhir wafat berarti dialah akhir dari generasi tersebut. Tidak disangsikan lagi bahwa mereka yang ada pada zaman itu, atau abad-abad itu memiliki keutamaan, kemuliaan, aqidah yang selamat. Sehingga mereka menjadi yang terbaik.
Begitu juga, bid’ah belum muncul. Jika ada perbuatan bid’ah yang muncul, maka akan segera dihancurkan dan pelakunya akan terhina. Sehingga dengan ini mereka menjadi yang lebih baik dari yang lain. Oleh karena itu mereka menjadi panutan, ucapan-ucapan mereka dijadikan sebagai hujjah (argumentasi), terutama perkataan ulama-ulama mereka dan ahli ibadah di antara mereka yang mengerti tentang agama Alloh ini, yang beribadah kepada Alloh dengan landasan cahaya dan dalil. Ucapan mereka dijadikan dalil, karena kita berprasangka baik kepada mereka. Mereka tidak akan melakukan satu amal kecuali berlandaskan dalil, tidak akan mengatakan sesuatu atau meriwayatkan sesuatu kecuali setelah ricek (cek ulang).
Oleh karena itu mursal shahabat bisa diterima, menurut kesepakatan para ulama. Sedangkan mursal kibar tabi’in masih diperselisihkan, namun pendapat yang terkuat (menyatakan) bisa diterima jika ada bukti keabsahannya, meskipun sanadnya tidak bersambung.
Begitu juga dengan perkataan mereka yang mereka jadikan hujjah atau pendapat mereka; semua ini bisa dijadikan dalil. Dikatakan, “Perkataan ini pernah diucapkan oleh Fulan seorang sahabat, atau seorang tabi’in atau perkataan ini pernah dikatakan oleh orang sebelum kita yaitu Fulan dari generasi tabi’in dan mereka adalah para ulama besar yang tidak akan mengucapkan sesuatu kecuali bersumber dari keyakinan”.
Hakikat Ilmu Salaf
Yang dimaksud dengan ilmu yaitu ilmu yang benar, ilmu yang diwarisi dari para Rasulullah, warisan para nabi Alloh. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi dan para nabi itu tidaklah mewariskan dinar dan dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya berarti dia telah mengambil warisan yang banyak” (Diriwayatkan oleh Abu Daud no. 3641, Tirmidzi 2682, Ibnu majah no. 223 dari hadits Abu Darda’)
Ilmunya para salaf diambil langsung dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat yang kecil mengambil ilmu dari sahabat yang sudah dewasa, yang dewasa dari sahabat sebelumnya mereka, sampai kemudian mereka menyambungnya ke sumbernya yang murni yaitu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Alloh telah memperbanyak ulama dari mereka dan orang-orang setelah mereka, untuk menjaga ilmu yang benar ini, membersihkannya dan menjaganya dari kedustaan-kedustaan yang masuk kepada ilmu ini. Karenanya mereka meletakkan sanad yang bisa didapatkan dalam kitab-kitab hadits, sehingga sebuah perkataan tidak akan diterima kecuali setelah mengecek keabsahannya.
Para ulama menyebutkan bahwa para salaf tidak pernah bertanya kepada para sahabat tentang sanad (jalur periwayatan), akan tetapi (manakala) mereka melihat sikap terlalu gampang meriwayatkan sesuatu yang belum dicek keabsahannya, maka mereka mengatakan, “Sebutlah rijal (orang-orang) kalian! (sehingga mereka bisa mengetahui dari mana dia mendapatkan suatu riwayat). Jika mereka menyebutkan orang yang terpercaya, mereka akan tahu bahwa hadits atau atsar tersebut bisa diterima. Sedangkan jika menyebutkan orang yang lemah, bukan ahli hadits, maka mereka tahu bahwa hadits tersebut tidak sah. Inilah yang menjadi penyebab penyebutan sanad (jalur periwayatan). Ini adalah bukti antusiasme para salaf dalam menjaga sunnah dan membentenginya dari semua yang hendak memasukinya.
Alhamdulillah, dapat ilmu lagi di sini.
BalasHapusAlhamdulillah jika bermanfaat
BalasHapusjadi ingat saat2 mondok dulu
BalasHapustiap hari disuguhin kek ginian
:)