الم (1) ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(3)
“Alif Laam Miim. Inilah kitab (Al Quran) yang tidak ada keraguan di dalamnya, merupakan petunjuk bagi orang-orang yang taqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, dan mendirikan shalat serta menginfakan sebagian yang kami rizkikan kepada mereka.” ( QS. Al Baqarah 1-3 ).(3)
Bahkan Rosululloh Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam telah menerangkan bahwa beriman kepada yang ghaib merupakan jenis keimanan yang paling utama, sebagaimana yang di riwayatkan oleh sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu :
مَا آمَنَ أَحَدٌ قَطٌ إِيْمَانًا أَفْضَلُ مِنْ إِيْمَانِ بِغِيْبٍ
” Tidak ada keimanan seorang mukmin yang semisal dengan keimanan kepada yang ghaib,”[1]
Demikian pula halnya dengan penyebab di gelarinya Abu Bakar dengan gelar As Shiddiq ( yang membenarkan ) adalah karena beliau selalu membenarkan setiap berita ghaib yang di sampaikan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam kepadanya. Ketika suatu saat orang-orang kafir Quraisy berkata kepadanya pada malam isra dan mi’raj, mereka memungkiri berita tersebut yang di sampaikan oleh Rosulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam, lalu mereka mendatangi Abu Bakar dengan harapan dia pun akan memungkirinya, akan tetapi jawaban Abu Bakar di luar dugaan mereka dengan mengatakan : “kalau dia ( Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam ) telah mengatakan hal itu maka benarlah dia.”
Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban kaum muslimin untuk beriman, membenarkan, serta taslim ( berserah ) secara mutlak kepada semua yang di kabarkan oleh Rosulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam tentang masalah-masalah yang ghaib atau yang lainnya, baik yang di terangkan hikmahnya kepada kita ataupun yang tidak. Dan hendaklah setiap muslim berhati-hati agar tidak menjadikan akalnya sebagai hakim terhadap firman Allah dan sabda Rasul-Nya.
Di antara masalah-masalah ghaib yang banyak diingkari oleh sebagian manusia adalah masalah jin dan syetan serta pengaruh keduanya. Dalam hal ini mereka terbagi ke dalam tiga kelompok [2] :
Kelompok yang melemparkan semua kejahatan dan kejelekan yang menimpa mereka kepada jin dan syetan. Dari sini lahirlah rasa takut mereka kepada keduanya melebihi rasa takut mereka kepada Allah sehingga melahirkan sikap yang bisa menjerumuskan mereka kepada perbuatan-perbuatan syirik atau mengakibatkan terhalangnya mereka dari perbuatan-perbuatan yang di syariatkan. Semua ini terjadi disebabkan karena kebodohan dan sedikitnya ilmu mereka serta lemahnya iman dan sikap tawakal mereka.
Kelompok yang menolak pengaruh syetan dan jin baik secara keseluruhan maupun sebagian, sejalan dengan keyakinan fasid ( rusak ) mereka di dalam menolak semua yang tidak terasa dan tidak tertangkap panca indera.
Kelompok pertengahan. Mereka adalah ahlu sunnah wa al jamaah, yang menetapkan apa yang di tetapkan oleh syariat sekalipun tidak terjangkau oleh akal mereka dan tidak terasa oleh indera mereka, dan meyakini semua itu sebagai bagian dari keimanan kepada yang ghaib. Maka ahlu sunnah wa al jamaah beriman kepada adanya jin dan syetan, namun keduanya tidak bisa berbuat apapun kepada manusia kecuali dengan kehendak Allah dan kekuasan-Nya. Allah berfirman :
” Katakanlah, tidak akan menimpa kami kecuali apa-apa yang telah di tuliskan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami. Dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.” ( QS. At Taubah : 51 ).
Masalah jin ini terdapat di dalam Al Quran dan sunnah serta peristiwa-peristiwa yang tidak bisa di ingkari oleh akal manusia. Allah berfirman :
” Katakanlah, telah di wahyukan kepadaku bahwa sekelompok jin telah mendengarkan……………” ( QS. Al Jin : 1 ).
“……… Dari kalangan jin dan manusia.” (QS. An nas : 6 )
Dan banyak lagi ayat lainnya.
Untuk menghindari sikap dan pandangan yang salah tentang jin dan syetan serta iblis, maka kita harus mengenal segala sesuatu yang berkaitan dengan mereka, baik dari segi ta’rif, sifat dan perbuatan mereka, serta bagaimana sikap kita terhadap mereka dengan berpedoman kepada kitab Allah, Sunnah Rasul-Nya serta penjelasan para ulama salaf as salih tentang hal itu.
(Bersambung)..................
FOOTNOTE
[1] HR.Al Hakim dan lainnya. Beliau mengatakan hadits ini shohih sesuai syarat Bukhori Muslim
[2] Lihat Al-Jin wa al-Syayatin wa al-Sihr wa al-’Ain wa al-Ruqo karya al-Amin al-Haj Muhammad Ahmad
Ust.Abu Haidar
Artikel terkait ;
1.Mengenal Jin, Syetan dan Iblis_2
2.Mengenal Jin, Syetan dan Iblis_3
Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban kaum muslimin untuk beriman, membenarkan, serta taslim ( berserah ) secara mutlak kepada semua yang di kabarkan oleh Rosulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam tentang masalah-masalah yang ghaib atau yang lainnya, baik yang di terangkan hikmahnya kepada kita ataupun yang tidak. Dan hendaklah setiap muslim berhati-hati agar tidak menjadikan akalnya sebagai hakim terhadap firman Allah dan sabda Rasul-Nya.
Di antara masalah-masalah ghaib yang banyak diingkari oleh sebagian manusia adalah masalah jin dan syetan serta pengaruh keduanya. Dalam hal ini mereka terbagi ke dalam tiga kelompok [2] :
Pertama :
Kelompok yang melemparkan semua kejahatan dan kejelekan yang menimpa mereka kepada jin dan syetan. Dari sini lahirlah rasa takut mereka kepada keduanya melebihi rasa takut mereka kepada Allah sehingga melahirkan sikap yang bisa menjerumuskan mereka kepada perbuatan-perbuatan syirik atau mengakibatkan terhalangnya mereka dari perbuatan-perbuatan yang di syariatkan. Semua ini terjadi disebabkan karena kebodohan dan sedikitnya ilmu mereka serta lemahnya iman dan sikap tawakal mereka.
Kedua :
Kelompok yang menolak pengaruh syetan dan jin baik secara keseluruhan maupun sebagian, sejalan dengan keyakinan fasid ( rusak ) mereka di dalam menolak semua yang tidak terasa dan tidak tertangkap panca indera.
Ketiga :
Kelompok pertengahan. Mereka adalah ahlu sunnah wa al jamaah, yang menetapkan apa yang di tetapkan oleh syariat sekalipun tidak terjangkau oleh akal mereka dan tidak terasa oleh indera mereka, dan meyakini semua itu sebagai bagian dari keimanan kepada yang ghaib. Maka ahlu sunnah wa al jamaah beriman kepada adanya jin dan syetan, namun keduanya tidak bisa berbuat apapun kepada manusia kecuali dengan kehendak Allah dan kekuasan-Nya. Allah berfirman :
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
” Katakanlah, tidak akan menimpa kami kecuali apa-apa yang telah di tuliskan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami. Dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.” ( QS. At Taubah : 51 ).
Masalah jin ini terdapat di dalam Al Quran dan sunnah serta peristiwa-peristiwa yang tidak bisa di ingkari oleh akal manusia. Allah berfirman :
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ
” Katakanlah, telah di wahyukan kepadaku bahwa sekelompok jin telah mendengarkan……………” ( QS. Al Jin : 1 ).
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
“……… Dari kalangan jin dan manusia.” (QS. An nas : 6 )
Dan banyak lagi ayat lainnya.
Untuk menghindari sikap dan pandangan yang salah tentang jin dan syetan serta iblis, maka kita harus mengenal segala sesuatu yang berkaitan dengan mereka, baik dari segi ta’rif, sifat dan perbuatan mereka, serta bagaimana sikap kita terhadap mereka dengan berpedoman kepada kitab Allah, Sunnah Rasul-Nya serta penjelasan para ulama salaf as salih tentang hal itu.
(Bersambung)..................
FOOTNOTE
[1] HR.Al Hakim dan lainnya. Beliau mengatakan hadits ini shohih sesuai syarat Bukhori Muslim
[2] Lihat Al-Jin wa al-Syayatin wa al-Sihr wa al-’Ain wa al-Ruqo karya al-Amin al-Haj Muhammad Ahmad
Ust.Abu Haidar
Artikel terkait ;
1.Mengenal Jin, Syetan dan Iblis_2
2.Mengenal Jin, Syetan dan Iblis_3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Utk memudahkan Komentar para sobat, sy hilangkan anti Spam, maka dr itu berikan Koment yang baik, apabila tidak lebih baik diam..dan utk komentar pembangunan, saya terima...